PDM Kabupaten Sikka - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Sikka
.: Home > Artikel

Homepage

Menulislah Saat di Luar Hujan (Menulis Skripsi yang Mendorong Insan Pembelajar)

.: Home > Artikel > PDM
19 Mei 2019 14:54 WIB
Dibaca: 860
Penulis : admin

#Happy_MILAD_KampusBIRU 22 Februari 2013 -2019

 

 

Tahun 2013-2015 saya hanya menjadi ‘pembimbing informal’ dari beberapa mahasiswa yang dekat dengan saya yang sedang menulis skripsi. Tepatnya mereka adalah mahasiswa idealis, aktifis, dan pegiat komunitas literasi. Rata-rata mereka angkatan 2011. Ada kegembiraan dan kepuasaan tak tertahankan menemani anak-anak muda berfikir, berdialektika, berfikir sistematis, epistimologis, dan sadar ontologi. Sebagian mahasiswa sudah berada pada level berfikir yang aneh, tak biasa, anti mainstream dan,meminjam bahasa Derrida, berfikir dekonstruktif.

 

Pembimbing yang hebat akan menghasilkan karya tulis yang lebih hebat. Itulah keyakinan saya sendiri. Dosen ala kadarnya juga akan menjejer karya-karya yang ala kadarnya saja. Mahasiswa potensial yang jatuh pada prosesi pembimbingan ala kadarnya adalah ibarat menunda berlian ditemukan di ladang rumah sendiri. Beberapa pesimis terhadap pembimbingnya, dan tak sedikit yang bertekad balas dendam: pada saat sekolah pasca sarjana, saya akan tulis karya jauh lebih baik. Ada pula yang bertekad sekolah sampai S-3 di manca negara.

 

Periode dua tahun lebih sayamerasa dalam keadaanantara perang dan damai melihat potensi penulisan karya ilmiah yang sangat baik tetapi seringkali berujung pada skripsi yang layu sebelum berkembang,di tangan pembimbing yang sibuk, tak punya banyak waktu mendedahkan karya-karya yang relevan untuk memberikan gizi pada karya mahasiswa yang dibimbing. Sebagai pembimbing informal, saya sering meracuni semampu saya untuk memperkuat tesis dan argumentasi yang diasah dalam lembaran-lembaran analisis dalam naskah. Beberapa cara biasa saya: menunjukkan link artikel, menunjukkan judul buku, mengirim foto cover buku, membantu menemukan informan yang tepat, memberikan masukan metode pengumpulan data, meminjamkan buku-buku, dan racun yang paling ganas yang pernah saya tumpahkanadalah: membantu mengeditkan dengan dikte dan mengetikkan langsung apa yang ada dalam pikiran saya di dalam naskah skripsi.

 

 

2016: Eksperimentasi Karya

 

Sejak 2016 saya sudah dapat surat izin membimbing dan sekaligus menguji karya skripsi di departemen dimana saja mengajar. Saya sangat senang dan merasa inilah kesempatan aktualisasi beragam ide gila, pikiran aneh, dan pelampiasan metodologis dalam berproses kepenulisan bersama mahasiswa bimbingan. Ada banyak topik yang saya ceritakan kepada calon mahasiswa yang berminat skripsi. Di antaranya adalah topik politik desentralisasi, gerakan sosial, politik perlawanan, seni dan politik jalanan, dinasti politik, rezim lokal, dan sejenisnya.

 

Tahun-tahun awal,tak banyak topik yang saya minati mendapatkan pengasuhnya dari peminatan mahasiswa. Yang muncul masih datar-datar saja: politik pembangunanhotel,tapi mahasiswa kurang investigatifmerebut data lapangan, pemanfaatan dana keistimewaan, dana desa, dan seterusnya yang kesan saya masih landai dan belum menunjukkan ‘perang Badar’untuk memperjuangkan karyanya. Beberapa karya yang jatuh ketangan saya tapi bukan bimbingan saya,ada beberapa yang menarik yang kemudian menjadi paper bersama saya,seperti topik pemilu dan difabel, gerakan kerelawanan politik, dan juga modalitas politik di aras lokal. Sedikit banyak hal ini mengobati kekecewaan saya akan kualitas skripsi.

 

Tahun 2016-2017, karya-karya skripsi yang saya bimbing sudah mulai terlibat dalam seminar nasional, paper-nya sampai pada konferensi internasional. Ini adalah buah eksperimen tahun-tahun awal.

 

 

Tahun 2017-2018

 

Eksperimentasi semakin membaik dengan munculnya beragam topik yang semakin menarik. Bahkan, peminatan tema riset sudah kami diskusikan dengan mahasiswa sebelum surat pembimbingan akademik diberikan oleh departemen kepada saya. Antara tahun 2017-2019 ini,ada sekitar sepuluh bimbingan yang saya ampu. Beberapa sudah lulus di tahun 2017 dengan tema yang luar biasa keren dan hasil riset yang di atas rata-rata mahasiswa dari tahun-tahun awal yang saya bimbing. Salah satu mahasiswa, Rini, menulis tentang seni media perlawanan,yang diganjar dengan undangan internasional conference di satu kampus terkenal di Singapura, NUS, lengkap dengan tiket pulang-pergi dan akomodasi gratis. Ada tema serupa tetapi sampai hari ini belum kelar (bimbingan terlama)gara-gara kendala administrasi kampus. Ada lagi tema-tema oligarki politik, gerakan sosial yang sangat menarik misalnya, Gerakan Papua Merdeka, tolak tambang, tolak PLTU di Batang, nasionalisme pembebasan, kota berdaya, politik identitas, politik elektoral, dan lainnya.

 

Semua bimbingan yang sudah ujian skripsi saya minta untuk membuat ringkasan dalam format artikel jurnal kurang lebih 6000-8000 kata panjangnya. Semua sudah ada dalam folder laptop saya: bimbingan skripsi-2016, 2017, 2018, dan 2019 . Hasil-hasil riset ini semua,dalam pikirannya saya,hampir layak diterbitkan. Keterbatasan waktu mahasiswa dan saya menjadikan beberapa mangkrak dari idealisme awal. Syukurlah karena scripta manen, apa yang sudah ditulis akan abadi,maka sejatinya takada kata terlambat untuk menerbitkannya.

 

 

#2019SkripsiBerkualitas

 

Tekad saya ini sudah lama: bagaimana caranya agar skripsi itu layak terbit. Skripsi yang tidak hancur lebur ada beberapa indikator. Pertama, adalah skripsi yang ditunggu orang hasilnya. Kedua, Kemanfaatan membantu menjawab persoalan aktual kemanusiaan; ketiga, skripsi yang menginspirasi penulisnya untuk menulis lebih baik, mendorong tumbuh kembang intelektual yang bergolak dalam dirinya. Outcome lainnya dari pengalaman menulis skripsi yang baik adalah will to improve, will to learn yang dibuktikan oleh niat yang kuat untuk melanjutkkan sekolah dan pendakian intelektual yang lebih tinggi dan beresiko. Itulah pendidikan skripsi yang mendorong insan pembelajar.

 

Skripsi berkualitas biasanya diriset saat diluar hujan. Arti pertama, ada banyak tantangan dan militansinya terbentuk. Peneliti yang militan tak peduli hujan badai dan petir untuk melanjutkan perburuan data dan referensi. Tak gentar kesorean di perpustakaan, tak takut kehabisan uang di toko buku, tak takut ketinggalan makan malam, dan berani berbuat karena memperjuangkan skripsi adalah tindakan benar. Tindakan pharresia, kata orang Yunani dulu. Daya tahan adalah ‘koentji. Penulisan skripsi tak terhubung kuat dengan kecerdasan seseorang, tetapi lebih terhubung kuat pada aspek kekuatan bertahan penulisnya. Barangkali juga pembimbingnya.

 

Arti menulislah saat di luar hujan yang kedua, adalah bahwa skripsi bagus itu yang dirajut di saat adanya banyak gangguan,antaralain:lapar, ingin bermain hujan, ingin bermalasan, ingin makan di luar dan serbuan hasrat binatangi lainnya yang dapat membunuh konsentrasi menulis skripsi. Jika pernah merasakan pahitnya menulis skripsi itu,pertanda skripsi itu berguna. Jika merasa diri sangat bodoh sekali di saat menyelesaikan karya, itu tandanya sedang ada loading pembelajaran yang sehat bagi otak dan fikiran. Kata orang bijak, jika tak pernah merasakan pahitnya kebodohan, maka tak pernah pula merasakan manisnya madu keilmuwan. Jika tak pandai menulis, berusahalah pandai membaca karena membaca itu pintu masuk segala macam ilmu—termasuk ilmu menulis.

 

Saya punya catatan khusus terhadap warga group angkatan ini(mahasiswa bimbingan). Potensi sebagai peneliti yang tangguh sudah anda buktikan dari kesadaran memilih topik riset, dari kerja keras dan taktis memburu narasumber: menyamar, membuat ikatan emosional dengan informan, merekam, mencatat, memrobing (probing) dan bahkan mengintai narasumber. Menemukan narsum riset terbaik adalah pintuawal menghasilkan riset yang baik pula. Selain itu, nalar inklusif dan open minded.   Menjadikan semua orang sebagai sumber input riset kita menjadikan anda rajin ‘kulakanpengetahuan diberbagai forum, juga kebaikan hati mencari dan menerima referensi baru dari berbagai sumber. Daya referensial ini penting, agar tak muntah sebelum  semua gizi tulisan terserap dalam karya kita.

 

Terakhir, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada semua bimbingan skripsi saya yang tak dapat saya sebut satu persatu, yang masih bersemayan dekat dengan tubuh intelektual saya. Saya benar-benar berterima kasih atas kekuatan toleran anda menghadapi egoisme dan idealismesetengah gila yang kadang saya pertontonkan. Bukan berarti saya lebih pintar, tetapi ada kobaran api semangat dalam diri saya bahwa you are greater than what you think. Banyak mahasiswa merasa kemampuannya direndahkan sendiri, padahal kekuatan itu luar biasa dahsyatnya. Saya adalah fasilitator yang ingin membantu menjembati kekuatan itu,agar meledak kelak suatu hari. Entah dekat entah agak jauh,saya selalu berdoa mahasiswa bimbingan saya adalah agensi intelegensia muslim yang kelak menjadi transformer bangsa, kelak menjadi kekuatan pengubah lanskap kehidupan politik kebangsaan yang makin porak poranda. Itulah seonggok egoisme yang saya perjuangan lewat skripsi anda. 

 

Menjadi kelompok kelas menengah berilmu yang emansipatif, liberatif, dan transenden adalah buah tanaman yang ingin sekali bangsa ini memanen dari diri anda. Seorang dengan ilmu emansipatif akan gelisah melihat beragam persoalan, tak sabar melihat perubahan dari tangan dan pikirannya. Itulah watak ilmuwan yang bertanggung jawab,yaitu membebaskan keadaan buruk menuju keadaan terbaik, adil, dan manusiawi. Karena capaian itu juga yang layak disandang sebagai intelektual transendental: ilmu yang amanahnya bukan hanya dari materialism tetapi dari teologi yang membumi.

 

Selamat membangun tekad yang membaja, mengkristal untuk menujukkan brilian dalam intelektualisme anda kepada semesta raya—untuk kemaslahatan manusia.

 

Jogokaryan, 12 Mei 2019.

 

David Efendi

@rumahbacakomunitas

 


Tags: MenulislahSaatdiLuarHujan (MenulisSkripsiyangMendorongInsanPembelajar)
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori : Wawasan PTM

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website